La Galigo

Overview

Kisah ini bermula ketika We Cudai menolak merestui kelahiran bayinya, buah hubungannya dengan Sawerigading, yang ia anggap sebagai manusia buruk rupa. Dalam penyamaran sebagai dewa, Sawerigading mencoba menyentuh hati We Cudai dengan berdoa demi keselamatan bayi mereka dan memohon pengampunan bagi We Cudai. Setelah bayi itu lahir, We Cudai membungkusnya dengan sarung dan memerintahkan dukun kerajaan: “Jangan biarkan bayi dari Ale Luwuq ini tinggal di Istana La Tanete! Letakkan dia dalam belanga pecah yang tertutup daun teratai danau, lalu hanyutkan di sungai dengan rakit.” Sawerigading, meski hatinya pilu, tetap memerintahkan agar bayi itu diusung dengan tandu emas. Semua penghuni istana memandang dengan cemas, namun tak ada yang berani membantah perintahnya. Kecewa oleh penghinaan We Cudai terhadap keturunannya, Sawerigading memilih pengembaraan, meninggalkan bayinya untuk dibesarkan oleh alam dan lingkungan. Bayi itu tumbuh menjadi La Galigo, seorang pemuda berani dan cerdas yang menjadi pemimpin di antara teman-temannya. Takdir mempertemukan La Galigo dengan Sawerigading dalam ajang sabung ayam, di mana secara tak sengaja La Galigo berhasil mengalahkannya. Pertemuan ini menjadi saat pertama La Galigo bertemu kedua orang tuanya. We Cudai terpukau oleh ketampanan dan kecerdasan putranya, sementara Sawerigading akhirnya menemukan lawan sepadan dalam sabung ayam maupun dalam medan perang.